Pages

MOTO

Primanet Cangkring, Ikut Berpartisipasi dalam Dunia Pendidikan

Monday 18 April 2016

KUMPULAN CERPEN BHS. ARAB



 CERPEN BERBAHASA ARAB

الضلال
فؤاد هو اسمي. في اليوم أريد أن أذهب إلى جومباع. حيث تعلمت أن أبدأ الدراسة الثنوية حتى العالية. الحق على صيام ثلاثة أيام قبل شهر رمضان المبارك يوم أمس. لدي الفرصة للذهاب إلى معهدي.



يوم الجمعة. ذهبت مع صديقي. غفران اسمه. منذ وقوع الحادث، أصبح عمّ صديقي هو سائق الحافلة الموحلة جمبر - مالاع. ونتبع الحافلة بدون دفع.
وصلنا الى الهدف الأول هو فاسوروان. لقد بدأنا في الساعة الثالثة بعد الظهر حتى الساعة السابعة ليلا. ثم هدفنا التالي هو الى سورابايا. وهكذا اضطرنا للبحث عن الحافلات الجديدة للذهاب إلى سورابايا.
مع الغلاف الجوي ليلة مظلمة وحيدا، ونحن من الصعب العثور على الحافلة. نسير للعثور على مكان ظاهر في الحافلة. يصل عند الساعة التاسعة، وجاء الحافلة من الصدفة  لنا. في نصف واحد عشرة الماضي كنا في سورابايا بوعوراسيه المحطة. و تذهب الحافلة التخصصات جومباع في الساعة الحادية عشر.

من الساعة الحادية عشر. و نظنّ فإنّ الحافلة ستصل في جومباع في الساعة الثانية عشر. لذلك نحن نستريح وتمتع السرير ونقنع نفسنا أن استيقاظنا من النوم  في الساعة الثانية عشر إلا الربوع. ولكن ، لأننا متعب جدا. تبين أن النوم بشكل سليم جدا.
حتى نستيقظ لذلك عندما سمعنا أصواتا عالية من الناس الذين يتكلم بالهاتف على أصدقائه ("يا صديقي, الآن أنا في ماديون! أين أنت؟").

لدينا مفاجأة، ومرتبكة. و نظرت الساعة على الهاتف. و تبين أن الأن الساعة الثالثة صباحا. نحن بطريقة خاطئة. وكان جومباع مرت حوالي ثلاث ساعات تقريبا. نحن الآن في ماديون. و تواجه بعضنا البعض ونضحك معا في حين تتمتع مفاجأة.


ولكننا لا نزال نشعر بالامتنان. لأن في الساعة السابعة صباحا. لقد وصلنا إلى الوجهة في جومباع بأمان. على الرغم من أن تتحول مرة أخرى  بقدر أربع و خمسين درجة.
 

Kesasar

            Nama saya Fuad. Suatu hari aku ingin pergi ke jombang. Tempat aku belajar mulai tsanawiyah sampai aliyah. Tepat pada tiga hari sebelum puasa ramadhan kemarin. aku mempunyai kesempatan  pergi ke pondokku.

Pada hari jum’at. Aku pergi dengan temanku. Namanya Gufron. Karena kebetulan, paman dari temanku ini menjadi sopir bus jurusan jember – malang. Sehigga kita ikut bus yang disopirnya tanpa membayar biaya

Tujuan pertama adalah ke pasuruan. Kita berangkat mulai jam tiga sore hingga jam tujuh kita sampai  di pasuruan. Kemudian tujuan kita selanjutnya adalah ke Surabaya. sehingga terpaksa mencari bus baru

Dengan suasana malam yang gelap dan sepi, kita sulit menemukan bus. kita jalan kaki hingga menemukan tempat yang terlihat oleh bus. sampai  pada jam Sembilan, kebetulan bus datang mendekati kita. Pada jam setengah sebelas kita telah ada di terminal bungurasih Surabaya. Bus jurusan jombang berangkat jam sebelas

Dari jam sebelas. Kita menduga bahwasannya bus akan sampai di jombang pada jam dua belas. Sehingga kita bersantai dan menikmati tidur dan meyakinkan diri akan bangun pada dua belas. Akan tetapi karena sangat lelah. Ternyata tidur kita terlalu pulas. Sehingga kita bangun ketika mendengar suara keras  orang yang menelpon temannya disebelah kiri kita (“ bapak  dimana?, sekarang saya  sudah di madiun!!”). 

Kita kaget, dan bingung. Aku melihat jam di handphone. Ternyata jam telah menunjukkan pukul tiga lebih seperempat. Kita Wrong Way. Jombang telah dilewati sekitar tiga jam yang lalu. Sekarang kita berada di madiun.  kita saling tatap muka sebentar dan tertawa bersama menikmati keheranan.   

Akan tetapi kita tetap besyukur. Karena pada jam tujuh pagi. Kita telah sampai di Jombang dengan selamat. Meski masih putar balik empat puluh lima derajat.  


حكايات - المزارع والملك

   يوم واحد، وهو مزارع يبلغ زرع شجرة مانجو في حديقة منزله. على الفور الملك جنبا إلى جنب مع حراسه مرت بالصدفة أمام تلك الحدائق المزارع القديمة. "لماذا زرع شجرة المانجو، يا المزارع القديمة، في حين تعرف أنك لن تعيش إلى التمتع النتائج لأنه ربما كنت ذهبت عندما نمت؟" طلب من الملك للمزارع. "يا سيدي .." أجاب المزارع، "السلف خادمة، الأب، الجد والبعض الآخر قد زرعت العديد من الأشجار، والموظفين التمتع بثمار محاصيلهم. فجاء عبيد زرع لهم الآن في خادما الشيخوخة، بحيث الأبناء والأحفاد يمكن أحفادنا المانجو خادم لقد زرعت هذه ".
   يسعد الملك لسماع الإجابات على المزارعين في وقت سابق. وقال انه بعد ذلك قال للحراس لإعطاء المزارع كان نقدية تبلغ مائة ألف درهم كمكافأة لعمله. ثم قال هذا المزارع ذكي الذي كان سعيدا لا يلعب، وقال: "يا سيدي ..! خادم خادم فخور جدا لأن الحصول على نتائج من هذا غرس الأشجار على الفور بعد زرع خادما". وكان الملك أكثر حماسا بعد سماع كلام الرجل وأمر من الحراس لإعطاء المزارع مائة ألف درهم لأن الجواب هو ذكي جدا.
   الفلاح هو شخص محظوظ لاثنين من المزايا التي تتمتع بها الملك في لحظات معدودة.

هل جيدة دون النظر الأمل سيكون ما نزرع. يمكن أن يكون الرد من أعمالنا الصالحة أكبر.
Artinya :
Dongeng - Si Petani dan Sang Raja
   Suatu hari, seorang petani yang sudah tua sedang menanam sebuah pohon mangga di kebunnya. Seketika itu Raja beserta para pengawalnya tidak sengaja lewat di depan kebun petani tua tadi. "Kenapa kamu menanam pohon mangga itu wahai petani tua, sedangkan kamu tau bahwa kamu tidak akan bisa hidup untuk menikmati hasilnya karena mungkin saja kamu sudah tiada saat pohon itu tumbuh?" tanya sang Raja kepada petani itu. "Tuanku.." Jawab si petani, "Para pendahulu hamba, bapak, kakek dan yang lain telah menanam banyak pohon, dan hamba menikmati buah hasil tanaman mereka. Maka hamba sekarang menanam mereka di masa tua hamba, agar anak-anak dan cucu-cucu hamba dapat menikmati buah mangga yang saya tanam ini".
   Sang Raja senang sekali mendengar jawaban sang petani tadi. Dan ia kemudian menyuruh pengawalnya untuk memberikan si petani tadi uang sebesar seratus ribu dirham sebagai hadiah atas pekerjaannya. Si petani yang pandai ini pun senang bukan main, dan kemudian ia berkata "Tuanku..! Hamba sangat bangga karena hamba mendapatkan hasil dari menanam pohon ini langsung setelah hamba menanamnya". Sang Raja pun semakin senang setelah mendengar kata-kata petani itu dan ia memerintahkan lagi pengawalnya untuk memberi si petani seratus ribu dirham karena jawabannya yang sangat pandai.
   Sang petani adalah orang yang beruntung karena mendapatkan dua keuntungan dari sang Raja hanya dalam beberapa saat.
Berbuat baiklah tanpa kita berharap imbalan akan apa yang kita tanam. Maka bisa jadi balasan dari perbuatan baik kita lebih besar.

اَلنَّخْلُ أَثْمَرَ السَّنَةَ مَرَّتَيْنِ

مَرَّ أَحَدُ مُلُوْكِ الْفُرْسِ بِشَيْخٍ فَانٍ يَغْرِسُ نَخْلاً وَقَدْ بَلَغَ مِنْ عُمْرِهِ الثَّمَانِيْنَ. فَقَالَ لَهُ مُسْتَغْرِبًا: "أَتُؤَمِّلُ أَنْ تَأْكُلَ مِنْ ثَمَرِ هَذَا النَّخْلِ, وَهُوَ لاَ يَحْمِلُ إِلاَّ بَعْدَ السِّنِيْنَ؟" فَقَالَ: "أَيُّهَا الْمَلِكُ السَّعِيْدُ, غَرَسَ السَّابِقُوْنَ فَأَكَلْنَا, أَفَلاَ نَغْرِسُ لِيَأْكُلَ اللاَحِقُوْنَ؟" فَقَالَ الْمَلِكُ: "وَاهًالَكَ!" وَأَعْطَاهُ دِيْنَارًا, فَأَخَذَهُ وَقَالَ: "أَيُّهَا الْمَلِكُ الْكَرِيْمُ مَاأَعْجَلَ ثَمَرَ هَذَا النَّخْلُ!" فَاسْتَحْسَنَ جَوَابَهُ, وَقَالَ: "زِهْ, وَأَعْطَاهُ دِيْنَارًا آخَرَ" فَأَخَذَهُ, وَقَالَ: "أَيُّهَا الْمَلِكُ الْعَظِيْمُ وَأَعْجَبَ مِنْ كُلِّ سَيْئٍ أَنَّ النَّخْلَ أَثْمَرَ السَّنَةَ مَرَّتَيْنِ!" فَازْدَادَ الْمَلِكُ اسْتِغْرَابًا وَأَعْطَاهُ دِيْنَارًا آخَرَ.

ثُمَّ جَرَّ الْحَدِيْثُ بَيْنَهُمَا أَذْيَالَهُ, وَجَعَلَ الْمَلِكُ يَسْتَطْلِعُ مَاعِنْدَهُ مِنَ الأَخْبَارِ فيِ شَأْنِ الْمَزْرُوْعَاتِ, كَأَنَّهُ يُبَاشِرُهَا مِنْ صِغَرِهِ, وَلَمْ يَزَلْ بِهِ حَتَّى آذَنَتِ الشَّمْسُ, فَهَبَّ
بِالإِنْصِرَافِ وَدَعَا لِلشَّيْخِ بِطُوْلِ الْبَقَاءِ وَعَوْدِ اللِّقَاءِ.

                                    POHON KURMA BERBUAH SATU TAHUN DUA KALI

Seorang raja Persia berjalan melewati seorang kakek tua yang tengah menanam benih pohon kurma, usia kakek itu sekitar 80-an. Sang raja itu bertanya dengan keheranan melihat kakek tua yang tengah menanam benih pohon kurma tersebut. “Apakah Anda bermaksud menuai hasil dari apa yang Anda tanam ini?” Tanya raja Persia tersebut. “Sedangkan Anda sendiri tahu, pohon kurma itu tidak akan berbuah kecuali setelah beberapa tahun.” Sang raja menambahkan. Kakek tua itu menjawab, “Wahai raja yang agung, paduka tentu tahu bahwa orang-orang yang hidup sebelum kita telah menanam pohon kurma yang kita tuai hasilnya sekarang ini, dengan demikian kenapa kita tidak menanam benih pohon kurma agar generasi kita yang akan dating menuai hasilnya?” sang raja berkata, “Ada-ada saja kakek ini.” Lalu sang raja memberinya hadiah sekantong uang kepada kakek tersebut. Sang kakek menerimanya dan berkata, “Wahai raja yang mulia, alangkah cepatnya benih pohon kurma yang hamba tanam ini berbuah!” sang raja kagum akan analogi kakek itu lalu dia berkata, “Benar juga kek” dan memberinya sekantong uang yang lain. Sang kakek pun kembali menerimanya dan berkata, “Wahai raja yang agung, yang paling menakjubkan adalah pohon kurma itu akan berbuah dua kali dalam satu tahun seperti halnya dua kantong uang yang paduka berikan pada hamba.” Sang raja semakin kagum akan kakek tua itu dan kembali memberinya sekantong uang yang lain.

Kemudian keduanya ngobrol banyak, sang raja menanyakan tentang perihal pertanian, sang kakek pun menjawab mengenai pertanian seakan-akan kakek tersebut telah bertani sejak dia masih kecil. Keduanya terus-menerus ngobrol sehingga tanpa terasa matahari pun mulai terbenam. Maka sang raja pun bersiap-siap untuk pergi dan sebelumnya dia berdoa agar kakek tersebut berumur panjang dan dia dapat bertemu kembali dengannya.


قَارِئُ الْكَفِّ


مَرَّ قَارِئُ الْكَفِّ بِزَائِرٍ لِحَدِيْقَةٍ مِنَ الْحَدَائِقِ الْعَامَّةِ، وَ مَعَهُ لَوْحَةٌ رَسَمَ عَلَيْهَا صُوْرَةَ كَفٍّ.

فَقَالَ لَهُ: هَاتِ يَدَكَ، لَأُخْبِرَكَ مُسْتَقْبَلَ حَيَاتِكَ. أَجَابَ الزَّائِرُ: هَذِيْ يَدِيْ، فَمَاذَا تَرَى فِيْهَا مِنَ الْغَيْبِ؟

أَخَذَهَا قَارِئُ الْكَفِّ وَ هُوَ يَقُوْلُ: أَنَا أَعْرِفُ الْغَيْبَ مِنْ خُطُوْطِ الْكَفِّ. إِيْهِ، إِنَّكَ سَتُصْبِحُ عَظِيْمًا، وَ سَتَنَالُ مَرْكَزًا رَفِيْعًا، وَ سَتُسَافِرُ قَرِيْبًا سَفَرًا بَعِيْدًا سَعِيْدًا. ثُمَّ فَرَغَ مِنْ كَلَامِهِ وَ قَالَ: هَاتِ أُجْرَتِيْ!

فَأَجَابَهُ: لِمَاذَا أُعْطِيْكَ أُجْرَةً؟ لَوْ كُنْتَ تَعْلَمُ الْغَيْبَ – كَمَا تَقُوْلُ – مَا قَرَأْتَ كَفِّيْ.

قَالَ قَارِئُ الْكَفِّ: لِمَاذَا؟

أَجَابَ: لِأَنَّهُ لَيْسَ مَعِيْ نُقُوْدٌ. فَخَجِلَ مِنْهُ قَارِئُ الْكَفِّ وَ تَرَكَهُ يَنْصَرِفُ، وَ قَالَ الزَّائِرُ الذَّكِيُّ: صَدَقَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ حَيْثُ يَقُوْلُ: لَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَ مَا مَسَّنِيَ السُّوْءُ.


PEMBACA TELAPAK TANGAN


Seorang pembaca telapak tangan melewati seorang pengunjung taman dari taman-taman umum. Bersamanya ada sebuah papan yang dia menggambarkan di atas papan itu sebuah gambar telapak tangan. Dia pun kemudian berkata kepada pengunjung itu, “ Berikan tanganmu, sungguh aku akan beritakan kepadamu tentang masa depan hidupmu”. Pengunjung taman itupun menjawab, “Ini tanganku, perkara gaib apa yang engkau lihat di situ?”

Pembaca telapak tangan itupun kemudian mengambil tangan si pengunjung seraya berkata,” Wah, sungguh engkau akan menjadi orang besar. Dan engkau akan mendapatkan kedudukan yang tinggi. Sebentar lagi, engkau akan bepergian jauh yang menyenangkan.” Kemudian Si Pembaca telapak tangan itupun berhenti bicara, lalu berkata,”Berikan bayaranku!”

Si pengunjung itupun kemudian menjawab, “Kenapa aku harus memberimu bayaran? Seandainya engkau memang mengetahui perkara yang gaib –sebagaimana yang engkau katakan- niscaya engkau tidak akan membaca telapak tanganku”.
Pembaca telapak tangan itu pun berkata,”Lho, kenapa bisa begitu?”
Si pengunjung itupun menjawab, “Sebab aku tidak punya uang”. Maka, malulah Si Pembaca telapak tangan itu. Dia pun kemudian pergi meninggalkan Si Pengunjung itu. Dan berkatalah Si Pengunjung yang cerdik itu, “Benarlah apa yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: Seandainya aku mengetahui yang gaib, niscaya aku akan memperbanyak berbuat baik dan keburukan tidak akan menimpaku.”

semoga bermanfaat

2 comments: